VISARALOKA
VISARALOKA: PAMERAN EXPANDED MEDIA
APEL WATOE CONTEMPORARY ART GALLERY
Pada pertengahan 2010, Deddy PAW mendirikan Tuksongo Visual Arts House di Dusun Seganan, Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Pada 2014, rumah seni rupa ini berkembang dan berubah nama menjadi Padepokan Apel Watoe. Selain menjadi studio dan galeri seni rupa kontemporer, di tempat ini juga tersedia perpustakaan mini, kafe, restoran, serta ruang kelas line dance dan yoga yang dikelola oleh sang istri, Tya PAW.
Di samping ingin menjadikan Padepokan Apel Watoe sebagai ruang belajar bersama, tujuan didirikannya ruang seni tersebut adalah untuk memajang, memamerkan, dan mempromosikan karya-karya para perupa Magelang kepada para turis yang berkunjung ke Candi Borobudur. Hal ini khususnya diperuntukkan bagi para perupa muda—dan para perupa potensial Indonesia yang belum dikenal luas di medan seni rupa. Secara berkala, galeri di Apel Watoe menggelar pameran seni rupa nasional dan internasional, beberapa di antaranya adalah “Offerings” (22 Desember 2021–22 Februari 2022, diikuti oleh 43 perupa dari tiga negara); “Freedom & Love” (9 Maret–9 April 2019, diikuti 24 seniman dari 11 negara), “The Path of Love” (27 Juli–27 Agustus 2019, diikuti 28 seniman dari 11 negara), “Sharing Goodness & Happiness” (24 Feb–24 Maret 2018, diikuti 23 seniman dari tujuh negara).
Selain itu, Deddy PAW juga sering menggelar bincang-bincang dan diskusi, lokakarya, dan pemutaran film seni rupa. Sejak 12 tahun terakhir, Padepokan Apel Watoe rutin dikunjungi oleh puluhan hingga ratusan mahasiswa seni rupa dari berbagai institut dan universitas di Yogyakarta, Solo, Surabaya, Semarang, Jakarta, Singapura, Malaysia, dan Taiwan.
SENIMAN APEL WATOE CONTEMPORARY ART GALLERY
ELOPROGO ART HOUSE
Eloprogo terletak di Dusun Bejen, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, persisnya sekitar lima kilometer dari Candi Borobudur. Nama Eloprogo diambil karena letak bangunan yang tepat berada di tepi pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Elo dan Sungai Progo. Eloprogo Art House dibangun di atas tanah seluas 10.000 meter persegi dengan fasilitas berupa galeri, warung, dan penginapan.
Pendiri Eloprogo Art House Sony Santoso, seorang perupa yang karya-karyanya banyak mengambil inspirasi dari pengalaman manusia yang berkaitan dengan rasa dan pemaknaan alam. Bangunan di kompleks Eloprogo Art House merupakan perpaduan antara gaya tradisional dengan tatanan batu bata dan kayu jati lawasan. Semua rancangan bangunan dan pemilihan material dikerjakan sendiri oleh Sony Santoso. Titik letak tiap bangunan ditata dengan mempertimbangkan arah dan pemandangan alam di sekitar Eloprogo. Titik pertemuan Sungai Elo dan Progo yang dilatarbelakangi oleh pemandangan Gunung Sumbing menghadirkan suasana kedekatan dengan alam yang istimewa.
SENIMAN ELOPROGO ART HOUSE
LIMANJAYA ART HOUSE
Limanjawi Art House yang berlokasi di Tingal Kulon, Wanurejo, Borobudur, didirikan pada 2002. Berawal sebagai galeri batik dan barang antik, tempat ini juga dimanfaatkan sebagai titik berkumpulnya Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI). Prihatin karena kurangnya ruang seni rupa di Borobudur dan sekitarnya, pengelola Limanjawi lantas membuka ruang untuk pameran seni rupa, yang pertama kalinya dihelat pada 2009. Limanjawi selanjutnya terdorong untuk menyelenggarakan pameran seni rupa setiap dua bulan sekali—dan kini telah menjadi salah satu destinasi di kawasan Borobudur bagi penikmat seni dari mancanegara. Bangunan galeri yang pada mulanya berbentuk rumah sederhana pun dibangun kembali untuk alokasi ruang pamer, dengan gaya yang lebih minimalis dan terbuka untuk berbagai karya lintas disiplin pada 2017.
Umar Chusaeni, bersama istrinya, Yasumi Ishii, dan putri mereka, Utami Atasia Ishii, selaku pemilik dan pengelola Limanjawi Art House berharap dapat selalu menghadirkan karya-karya seniman untuk dipamerkan dan berbagi apresiasi dengan publik yang menikmatinya. Limanjawi Art House menjadi salah satu ruang Visaraloka – Pameran Expanded Media Indonesia Bertutur 2022.
SENIMAN LIMANJAYA ART HOUSE
MUSEUM H. WIDAYAT
Museum Haji Widayat terletak di Mungkid, Kabupaten Magelang. Mulai dibangun pada 1991, museum ini diresmikan pada 30 April 1994 oleh Wardiman Djojonegoro yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Museum Haji Widayat merupakan wujud nyata prestasi pelukis Widayat. Arsitekturnya didesain oleh rekan satu angkatan saat berangkat haji ke Mekah, Edji Sukedji, yang banyak memanfaatkan sinar matahari. Ada empat area yang menyusun museum: galeri utama bernama Museum H. Widayat, Gedung Galeri H. Soewarni, Art Shop Hj. Soemini, dan Area Taman.
Selain memiliki koleksi karya-karya H. Widayat yang berjumlah lebih dari 1.000, museum ini juga mengoleksi lebih dari 500 karya pelukis lainnya seperti Sudjojono, Mochtar Apin, dan Popo Iskandar, serta berbagai patung dan benda seni lainnya. Lebih jauh lagi, museum ini difungsikan juga sebagai tempat belajar dan mengapresiasi karya seni.
H. Widayat sendiri adalah salah seorang mahasiswa angkatan pertama ASRI dan anggota PIM (Pelukis Indonesia Muda). Ia menjelajahi seni patung, kriya, dan media campuran, sebelum kemudian kembali ke almamaternya sebagai pengajar.
SENIMAN MUSEUM H. WIDAYAT
MELLA JAARSMA bersama ANTONIUS ONGGE
PEMENANG KOMPETISI CIPTA ANIMASI SASTRA